Masuknya Islam ke Spanyol

Sebagaimana disebutkan dalam literature-literatur sejarah peradaban islam, Spanyol di duduki ummat islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M). Ramadhan 92 H, atau bertepatan dengan tahun 711 M, Thariq bin Ziyad dan pasukannya merapat di pantai Spanyol. Dengan membawa misi untuk menyebarkan dakwah Islam. Sayang, Raja Roderick dan pasukannya menolak, dan bahkan mengobarkan peperangan. Peperangan itu sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama Kristen Spanyol. Raja Roderick yang berkuasa saat itu, memaksakan keyakinan Trinitas Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria

Sebelumnya, Gubernur Musa Ibnu Nushair telah mengirimkan pasukan yang dikomandani Tharif bin Malik. Tharif sukses. Kesuksesan itu mendorong Musa mengirim Thariq. Saat itu, seluruh wilayah Islam masih menyatu di bawah kepemimpinan Khalifah al-Walid dari Bani Umayah.
Thariq mencatat sukses. Ia mengalahkan pasukan Raja Roderick yang semena-mena di Bakkah. Setelah itu ia maju untuk merebut kota-kota seperti Cordova, Granada dan Toledo yang saat itu menjadi ibukota kerajaan Gothik. Ketika merebut Toledo, Thariq diperkuat dengan 5.000 orang tentara tambahan yang dikirim Musa Ibnu Nushair.


Thariq sukses. Bukit-bukit di pantai tempat pendaratannya lalu dinamai Jabal Thariq, yang kemudian dikenal dengan sebutan Gibraltar. Musa bahkan ikut menyeberang untuk memimpin sendiri pasukannya. Ia merebut wilayah Seville dan mengalahkan Penguasa Gothic, Theodomir. Musa dan Thariq lalu bahu-membahu menguasai seluruh wilayah Spanyol selatan itu.
Pada 755 Masehi, Abdurrahman–keturunan Keluarga Umayyah yang lolos dari kejaran penguasa Abbasiyah tiba di Spanyol. Abdurrahman ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun Masjid Cordova, dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia dengan gelar Emir. Keturunannya melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan Kristen sempat mengobarkan perlawanan untuk mencari kematian? (martyrdom). Namun penguasa Bani Umayyah di Andalusia ini mampu mengatasi tantangan itu.

Montgomery menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam nggak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

B. Perkembangan Islam di Spanyol penguasaan ummat islam terhadap Andalusia dapat di bagi menjadi beberapa pereode:
1)Pereode Pertama
Pereode pertama antara tahun 711-755 M, Andalusia diperintah oleh para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Secara politis pereode ini Andalus masih banyak perebutan kekuasaan tau belum stabil.

2)PereodeKedua
Pereode antara tahun 755-1013 M pada waktu Andalus dikuasai oleh daulah Bani Umayyah II. Pereode ini dibagi dua:
o Masa keamiran tahun 755-912, masa ini dimulai ketika Abdurrahman al-Dakhil pada saat itu mengambil kekuasaan dari Amir Yusuf al-Fihri. Ia kemudian memproklamirkan berdirinya dulah Amawiyyah II.
o Masa kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika Abdurrahman III, Amir kedelapan bani Umayyah II, menggelari diri dengan Khalifa al-Nashir li Dinillah. Dilanjutkan oleh Hakam II dan kemudian Hisyam II. Pada masa ini islam mencapai zaman keemasan.
3)PereodeKetiga
Pereode ini antara tahun 1013-1492 M, ketika ummat islam Andalus terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil

o Masa kerajaan kecil antara tahun (1031-1086 M) yang sifatnya local, jumlahnya sekitar 20 buah masa ini disebut Muluk at-Tawaif (raja golongan).

o Masa antara tahun 1086-1235 M ketika ummat islam Andalus dalam kekuasaan bangsa Barbar Afrika Utara. Dan umat islam jatuh di bawah kekuasaan Kristen kecuali kerajaan Granada.Masa antara 1232-1492 M, secara keseluruhan ummat islam dibawah kekuasaan Kristen dan raja terakhir Abu Abdillah, melarikan diri ke Afrika Utara.

Hancurnya islam di Spanyol diiringi dengan gerakan Reconquista yang terus berlanjut. Tahun 1499 kerajaan Kristen Granada melakukan pemaksaan terhadap orang islam untuk memeluk orang Kristen dan buku-buku orang islam dibakar. Tahun 1502 M pemerintah kerajaan Granada memerintahkan agar umat islam pergi ke luar negeri kalau tidak memeluk agama islam

Demikianlah Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh pengikut-pengikut Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Karena kegigihan dan perjuangan Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella, Paus Alexander VI (L. 1431-W. 1503) yang terkenal dengan perjanjian Tordesillasnya pada tahun 1494 ia memberi gelar raja dan ratu ini sebagai "Catholic Monarch" atau "Los Reyes Catolicos" atau Raja Katolik.

Dengan kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama. Selain dari itu, orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat kekuasaan Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan pekerjaan yang layak oleh orang-orang Muslim Spanyol.

C. Kemajuan Peradaban di Spanyol
Islam di Spanyol bukanlah sekedar Islam formal namun banyak sekali karya fenomenal yang di hasilkan karena adanya penyatuan dan pengoptimalan akal dan wahyu. Diantara kemajuan peradaban yang telah disumbangkan ummat Islam di Spanyol kepada dunia adalah:

1. Dalam kesusastraan
Dalam bidang ini telah melahirkan sastrawan muslim yang bernama Abu Umar Ahmad ibnu Muhammad (Ibnu Abd rabih) yang menulis karya sastra Al-Iqd al-Farid dan Ibnu Hani al-Andalusi yang telah menyumbangkan karyanya yang berjudul zajal dan muwassahah.
2. dalam bidang seni bangunan
dalam bidang ini di Spanyol telah menjelma menjadi kota yang indah, adanya penerangan jalan adanya saluran air untuk dan bangunan-bangunan yang megah
3. dalam bidang sejarah
dalam bidang sejarah, di Spanyol telah muncul sejarawan pertama Andalus ibnu Hayyan dan sejarawan yang terkenal adalah Ibnu Khaldun dengan karyanya yang sangat monumental berjudul Muqaddimah.
4. dalam bidang ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan
ilmu filsafat di spanyol telah dirintis oleh Ibnu Massaroh. Dan filosof yang sangat terkenal adalah Ibnu Bajjah dengan karyanya The Rule of Solitary. Ibnu Tufail dengan karyanya Hay Ibnu Aqzan. Serta Ibnu Rusyd dengan karyanya Tahafut al-Tahafut.
Dengan mudahnya islam masuk di spanyol disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Yaitu diantaranya adalah factor eksternal dan factor internal.
b. Faktor Eksternal
Factor eksternal adalah kondisi dalam negeri Spanyol sendiri. Kondisi social, politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik daerah Spanyol terbagi-bagi ke beberapa daerah tidak ada kebebasan berpendapat dan beragama. Yang tidak bersedia masuk Kristen akan dibunuh secara brutal. Banyak sekali kaum tertindas di negri ini banyak sekali kemelaratan, adanya system kelas. Selain itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya adalah orang-orang islam.
Factor kemunduran Islam adalah kembali menguatnya kaum Kristen. Sehingga membuat Islam berantakan dan bertekuk lutut.
c. Faktor Internal
Adapun yang dimaksud factor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam diri penguasa , tokoh-tokoh pejuang dan prajurit islam yang terlibat dalam penahlukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran islam yang ditunjukkan para tentara islam adalah toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Dengan ajaran islam yang demikian membuat penduduk islam mudah menerima islam.
Adapun sebab kehancuran islam di Spanyol karena penguasanya yang lalim dan lemah. Yang dikejar adalah kekuasaan dan tidak dilandasi spirit dakwah islam.

Asghar Ali Enginer menyatakan bahwa sebenarnya islam adalah agama pembebasan. Yaitu membebaskan kaum-kaum mustad’afin yang tertindas, baik dari segi ekonomi, politik dan sosial. Muhammad dalam perjaungannya adalah melawan penindas yang selalu berusaha mengancam kemaslahatan ummat. Sehingga Muhammad dalam perjuangannya bernafaskan nilai-nilai islam yang terkandung dalam wahyu tuhan dalam membangun sistem sosial. Oleh karena itu ummat islam sekarang dalam berda’wah haruslah mampu memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan sosial, politik dan ekonomi.

Perkembangan sosial politik dakwah Islam di Spanyol


Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.  
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.

3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

















DAFTAR PUSTAKA


• Ali Asghar Enginer, Teologi Pembebasan, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

• Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1997, vol. I.

• Djamhuri, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988.

• HJ. Yahya Mahayudin, Islam di Spanyol dan Sicily, Kuala Lumpur: Pendidikan Bahasa dan Kementrian Malaysia, 1990.

• Hitti Phlip K., History of The Arab, London: The Macmillan Press Ltd, !974.
.
• Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, Jakarta: UI Press, 1978,

• Sunanto Musyifah, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Fajar Pratama Offset, 2003.

• Syed Mahmudunnashir, Islam its Consept and History, New Delhi: Kitab Bavan, 1981.

• Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1983


• Watt W. Mongomery, Muslim Intelectual, diterjemahkan oleh Prasetyo, Islam dan Peradaban Dunia, Pengaruh Islam Atas Eropa Abad Pertengahan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995


• Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, Raja Jakarta: Grafindo Persada, 2003.

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar

jang puas dengan apa yang ada di blog ini, berikan komentar anda?